Laman

Senin, 13 Desember 2010

KEINDAHAN BAHASA AL-QURAN

Riwayat hidup Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan dengan jelas bahwa beliau tidak pernah ikut perlombaan karang-mengarang syair, membikin pidato, dan sebagainya, yang telah menjadi kebiasaan turun-temurun bangsa Arab pada umumnya di kala itu, terutama suku bangsanya sendiri, Quraisy.
Betul bahwa Rasulullah SAW sejak kecil sudah fasih, lancar lidahnya, tetapi kefasihan itu adalah sesuatu yang biasa bagi orang Arab.

Demikianlah keadaan pribadi Rasulullah sebelum diangkat menjadi rasul Allah atau sebelum beliau menerima wahyu Allah.

Kemudian setelah beliau menjadi rasul dan Al-Quran telah diturunkan sedikit demi sedikit, segala yang menjadi kebesaran bangsa Arab di kala itu berangsur-angsur lenyap. Mereka umumnya menjadi lemah menghadapi semangat yang menyala-nyala yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Quran, yang ketajaman susunan kata-katanya bisa menembus jiwa siapa pun yang mendengarkannya.

Di kala Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW, tidak sedikit bangsa Arab yang ahli dalam kesusastraan Arab yang ahli menyusun kata-kata untuk berpidato denga bahasa yang halus, fasih, dan indah. Begitu juga para penyairnya, sangatlah terkenal.

Namun apa yang terjadi setelah Al-Quran diturunkan? Tidak seorang pun yang dapat mengimbangi satu ayat pun dalam Al-Quran.

Allah SWT menyatakan dengan firman-Nya melalui perantaraan Nabi-Nya, mereka yang menentang Al-Quran dipersilakan membuat satu ayat saja yang bisa mengimbangi atau yang serupa dengan ayat Al-Quran, tapi tidak satu pun mereka yang mampu menjawab tantangan tersebut.

Untuk mengetahui kehalusan dan keindahan bahasa Al-Quran itu bukan perkara mudah. Mereka yang belum pernah mempelajari bahasa Arab dengan sungguh-sungguh tentu tidak akan dapat membedakan kehalusan dan keindahan ayat-ayat Al-Quran dengan keindahan dan kehalusan bahasa Arab yang terkandung dalam kitab-kitab Arab umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar